KISAH SEEKOR MERPATI
Florensius
F.S
Pagi yang cerah, seberkas sinar sang
mentari muncul diantara celah-celah dedaunan. Setetes embun terjun bebas
membasahi setiap permukaan yang ada di bawahnya. Suasana hutan yang menyejukan
hati selalu membuat para penghuninya merasa nyaman untuk tetap tinggal di
tempat itu.
Di pagi yang cerah itu pula, seekor
merpati kecil yang baru saja keluar dari cangkang telurnya, mulai melihat
dunianya yang indah. Ia ingin terbang, namun apa daya, badannya masih
telanjang, hanya ada bulu-bulu halus yang menempel di tubuhnya. Maka untuk
sementara waktu, ia harus tetap tinggal di sarang bersama induknya. Sang induk
merawatnya dengan penuh kasih sayang, mencarikan makanan, menghangatkan
badannya, dan segala hal yang bisa ia lakukan agar sang merpati kecil merasa
nyaman dalam pelukannya. Setiap hari, sang induk selalu menyampaikan harapannya
kepada Sang Pencipta agar kelak sang merpati kecil dapat menemukan
kebahagiaannya, kebahagiaan yang bisa ia rasakan sampai akhir hidupnya.
Sang raja siang mulai turun dari takhta
kediangannya dan pangeran bulan bersiap untuk menjalankan tugasnya. Sang
merpati kecil masih terbang ke sana - kemari tak jauh dari sarangnya. Kini ia
mulai bisa terbang meskipun sesekali ia harus kembali ke sarangnya karena
sayapnya belum terlalu kuat untuk terbang cukup lama. Hari terus berjalan,
setelah sekian lama waktu yang ia tunggu-tunggu, sang merpati kecil memutuskan
untuk pergi meninggalkan induknya.
“Ibu, aku rasa sudah saatnya aku terbang
bebas meninggalkan ibu untuk meraih angkasaku sendiri.”Tutur sang merpati kecil
kepada induknya.
“Memang sudah saatnya nak, pergilah!
Raihlah mimpi-mimpimu. Kini kamu bukanlah merpati kecil lagi, kamu adalah
merpati muda yang telah siap untuk meraih dunia. Satu pesan ibu untukmu,
belajarlah untuk mencintai apa yang telah menjadi keputusanmu, dan jangan hanya
mau menuruti keinginan hatimu saja.” Jawab sang induk merpati.
“Baiklah ibu, aku akan selalu ingat pesan
ibu, dan aku akan selalu menyayangi ibu.” Jawab sang merpati muda.
Kemudian sang merpati muda terbang jauh
meninggalkan induknya sambil melambai-lambaikan sayapnya. Sang merpati muda
terbang tinggi di angkasa, bermain-main dengan sayapnya yang indah, sesekali ia
hinggap di ranting pohon dan menikmati biji-bijian yang bisa ia makan.
Begitulah kesehariannya yang bisa ia lakukan, hingga tak terasa seluruh dunia
telah ia jelajahi.
Langit merah menyelimuti kehidupan kota
sore itu. Merpati muda bertengger di atas gedung pecakar langit sambil
merenungkan kehidupannya. Ia sadar bahwa apa yang selama ini ia lakukan
hanyalah kesenangan yang tanpa makna. Ia terbang tanpa tujuan, waktunya
terbuang hanya untuk hal-hal yang tidak jelas maksud dan tujuannya. Ia bimbang,
seketika itu juga ia ingat akan apa yang pernah dikatakan oleh ibunya. Maka
dari itu ia memutuskan untuk kembali ke hutan.
Sang merpati menjalani kehidupannya dengan
penuh semangat. Ia menemukan kedamaian yang sesungguhnya. Ia dapat bertemu
dengan burung-burung dan hewan lainnya. Ketika ia merasa bosan akan
kehidupannya, ia akan selalu ingat pesan ibunya, dan pesan itu selalu menjadi kekuatannya
untuk menjalani hidupnya. Suara gemercik air, kicau burung yang merdu, dan
nyanyian para penghuni hutan menghasilkan simfoni yang mendamaikan hati. Pagi
itu, merpati muda hendak mencari makanan untuk mengisi perutnya. Dalam
perjalanan, ia melihat seekor merpati betina tertunduk di ranting pohon. Lalu
sang merpati muda bergegas menghampirinya.
“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya
merpati muda.
Merpati betina bimbang sesaat, kemudian ia
pun menjawab, “Di hutan ini aku merasa kesepian, tidak ada yang mau berteman
denganku sejak sayapku tertembak oleh pemburu yang kejam.”
“Ke mana teman-temanmu pergi?” Tanyanya
ragu.
“Entah, saat aku tidak bisa terbang,
mereka pergi meninggalkanku, dan tidak pernah kembali lagi.” Jawab merpati
betina sedih.
Merpati muda termenung sejenak lalu ia pun
berujar. ”Ikutlah denganku, aku akan merawat dan menjagamu.”
“Baiklah, terima kasih atas kebaikanmu.”
Ucap merpati betina.
Kemudian mereka berdua terbang ke tempat tinggal
sang merpati jantan yang tidak terlalu jauh dari tempat mereka bertemu. Setiap
hari, merpati jantan harus mencari makan untuk merpati betina karena sang
merpati betina tidak dapat terbang terlalu jauh. Ia merawat merpati betina
dengan penuh kasih sayang. Semakin hari, rasa cinta mereka berdua semakin
bertumbuh hingga mereka tak dapat terpisahkan.
Setelah sekian lama, luka sang merpati
betina akhirnya sembuh, dan sayapnya dapat pulih kembali. Sang merpati jantan
pun begitu gembira, ia mengajak merpati betina untuk terbang tinggi. Ia pun kembali dapat
meraih angkasanya. Yang lebih istimewa lagi, ia dapat meraih angkasanya bersama
pasanganya yang akan menemani hingga akhir hidupnya.
Akhirnya sang merpati kecil yang
memutuskan untuk meninggalkan ibunya, kini dapat meraih angkasanya. Berteman
dengan awan, angin, matahari dan tentunya dengan sang merpati betina
pasangannya.
Semua itu berawal dari keberaniannya untuk
memilih dan mencintai apa yang telah dipilihnya, mulai dari keputusannya untuk
meninggalkan induknya, tinggal kembali di dalam hutan yang membosankan, hingga
ia mau menerima dan menjaga merpati betina yang cacat yang kemudian menjadi
pasangan hidupnya sampai ia mati. Kini ia mendapat kebahagiaan yang
sesungguhnya karena ia mau memilih dan mencintai apa yang telah ia pilih, bukan
memilih apa yang hanya ia cintai.
Cintailah
kehidupan sekeras apapun kehidupan yang engkau jalani – Florensius F.S.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar