Senin, 11 Mei 2015

KISAH SEEKOR MERPATI

Florensius F.S

     Pagi yang cerah, seberkas sinar sang mentari muncul diantara celah-celah dedaunan. Setetes embun terjun bebas membasahi setiap permukaan yang ada di bawahnya. Suasana hutan yang menyejukan hati selalu membuat para penghuninya merasa nyaman untuk tetap tinggal di tempat itu.

     Di pagi yang cerah itu pula, seekor merpati kecil yang baru saja keluar dari cangkang telurnya, mulai melihat dunianya yang indah. Ia ingin terbang, namun apa daya, badannya masih telanjang, hanya ada bulu-bulu halus yang menempel di tubuhnya. Maka untuk sementara waktu, ia harus tetap tinggal di sarang bersama induknya. Sang induk merawatnya dengan penuh kasih sayang, mencarikan makanan, menghangatkan badannya, dan segala hal yang bisa ia lakukan agar sang merpati kecil merasa nyaman dalam pelukannya. Setiap hari, sang induk selalu menyampaikan harapannya kepada Sang Pencipta agar kelak sang merpati kecil dapat menemukan kebahagiaannya, kebahagiaan yang bisa ia rasakan sampai akhir hidupnya.

     Sang raja siang mulai turun dari takhta kediangannya dan pangeran bulan bersiap untuk menjalankan tugasnya. Sang merpati kecil masih terbang ke sana - kemari tak jauh dari sarangnya. Kini ia mulai bisa terbang meskipun sesekali ia harus kembali ke sarangnya karena sayapnya belum terlalu kuat untuk terbang cukup lama. Hari terus berjalan, setelah sekian lama waktu yang ia tunggu-tunggu, sang merpati kecil memutuskan untuk pergi meninggalkan induknya.

     “Ibu, aku rasa sudah saatnya aku terbang bebas meninggalkan ibu untuk meraih angkasaku sendiri.”Tutur sang merpati kecil kepada induknya.

     “Memang sudah saatnya nak, pergilah! Raihlah mimpi-mimpimu. Kini kamu bukanlah merpati kecil lagi, kamu adalah merpati muda yang telah siap untuk meraih dunia. Satu pesan ibu untukmu, belajarlah untuk mencintai apa yang telah menjadi keputusanmu, dan jangan hanya mau menuruti keinginan hatimu saja.” Jawab sang induk merpati.
“Baiklah ibu, aku akan selalu ingat pesan ibu, dan aku akan selalu menyayangi ibu.” Jawab sang merpati muda.

     Kemudian sang merpati muda terbang jauh meninggalkan induknya sambil melambai-lambaikan sayapnya. Sang merpati muda terbang tinggi di angkasa, bermain-main dengan sayapnya yang indah, sesekali ia hinggap di ranting pohon dan menikmati biji-bijian yang bisa ia makan. Begitulah kesehariannya yang bisa ia lakukan, hingga tak terasa seluruh dunia telah ia jelajahi.

     Langit merah menyelimuti kehidupan kota sore itu. Merpati muda bertengger di atas gedung pecakar langit sambil merenungkan kehidupannya. Ia sadar bahwa apa yang selama ini ia lakukan hanyalah kesenangan yang tanpa makna. Ia terbang tanpa tujuan, waktunya terbuang hanya untuk hal-hal yang tidak jelas maksud dan tujuannya. Ia bimbang, seketika itu juga ia ingat akan apa yang pernah dikatakan oleh ibunya. Maka dari itu ia memutuskan untuk kembali ke hutan.

     Sang merpati menjalani kehidupannya dengan penuh semangat. Ia menemukan kedamaian yang sesungguhnya. Ia dapat bertemu dengan burung-burung dan hewan lainnya. Ketika ia merasa bosan akan kehidupannya, ia akan selalu ingat pesan ibunya, dan pesan itu selalu menjadi kekuatannya untuk menjalani hidupnya. Suara gemercik air, kicau burung yang merdu, dan nyanyian para penghuni hutan menghasilkan simfoni yang mendamaikan hati. Pagi itu, merpati muda hendak mencari makanan untuk mengisi perutnya. Dalam perjalanan, ia melihat seekor merpati betina tertunduk di ranting pohon. Lalu sang merpati muda bergegas menghampirinya.

     “Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya merpati muda.

     Merpati betina bimbang sesaat, kemudian ia pun menjawab, “Di hutan ini aku merasa kesepian, tidak ada yang mau berteman denganku sejak sayapku tertembak oleh pemburu yang kejam.”

     “Ke mana teman-temanmu pergi?” Tanyanya ragu.

     “Entah, saat aku tidak bisa terbang, mereka pergi meninggalkanku, dan tidak pernah kembali lagi.” Jawab merpati betina sedih.

     Merpati muda termenung sejenak lalu ia pun berujar. ”Ikutlah denganku, aku akan merawat dan menjagamu.”

     “Baiklah, terima kasih atas kebaikanmu.” Ucap merpati betina.

     Kemudian mereka berdua terbang ke tempat tinggal sang merpati jantan yang tidak terlalu jauh dari tempat mereka bertemu. Setiap hari, merpati jantan harus mencari makan untuk merpati betina karena sang merpati betina tidak dapat terbang terlalu jauh. Ia merawat merpati betina dengan penuh kasih sayang. Semakin hari, rasa cinta mereka berdua semakin bertumbuh hingga mereka tak dapat terpisahkan.

     Setelah sekian lama, luka sang merpati betina akhirnya sembuh, dan sayapnya dapat pulih kembali. Sang merpati jantan pun begitu gembira, ia mengajak merpati betina untuk terbang tinggi. Ia pun kembali dapat meraih angkasanya. Yang lebih istimewa lagi, ia dapat meraih angkasanya bersama pasanganya yang akan menemani hingga akhir hidupnya.
Akhirnya sang merpati kecil yang memutuskan untuk meninggalkan ibunya, kini dapat meraih angkasanya. Berteman dengan awan, angin, matahari dan tentunya dengan sang merpati betina pasangannya.

     Semua itu berawal dari keberaniannya untuk memilih dan mencintai apa yang telah dipilihnya, mulai dari keputusannya untuk meninggalkan induknya, tinggal kembali di dalam hutan yang membosankan, hingga ia mau menerima dan menjaga merpati betina yang cacat yang kemudian menjadi pasangan hidupnya sampai ia mati. Kini ia mendapat kebahagiaan yang sesungguhnya karena ia mau memilih dan mencintai apa yang telah ia pilih, bukan memilih apa yang hanya ia cintai.

Cintailah kehidupan sekeras apapun kehidupan yang engkau jalani – Florensius F.S.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar